Australia oh Australia..
Dulu kalau lagi ngomongin Australia, kadang selalu keinget hal yang bikin nyesek, yaitu pernah dapet surat cinta dari Kedutaan Australia, yang isinya “Maaf, aplikasi visa Australia Anda ditolak.” Dan otomatis membuat rencana jalan-jalan ke Sydney satu dekade yang lalu itu pun menjadi gagal total. Tentu saja awalnya berat terima kenyataan pahit tersebut, tapi saya selalu berusaha meyakinkan diri bahwa suatu saat nanti saya pasti akan ke sana. — walaupun sejak saat itu saya selalu auto nge-skip terus tiap dapat info promo tiket ke Australia. Trauma coyy 😀
Hingga akhirnya 6 tahun kemudian, seorang teman datang memberikan bewara sangat amat penting: Coldplay bakal manggung di 3 kota di Australia: Brisbane – Melbourne – Sydney! — fyi, ini sebelum mereka mengumumkan jadwal konsernya di Asia — Sebagai fans Coldplay garis keras, kami merasa tidak boleh melewatkan kesempatan ini. Saking excitednya, gak pake waktu lama kami pun langsung memantapkan rencana untuk menonton Konser A Head Full of Dream di Sydney.
Karena gak mau tragedi surat cinta dari Kedutaan Australia terulang kembali, untuk yang kali ini saya menyiapkan semua dokumen yang dibutuhkan untuk apply Visa dengan sangat ekstra seksama: mulai dari pas foto terbaru, KK, Paspor, KTP, surat keterangan kerja, bukti keuangan ( + surat referensi dari bank ), tiket pesawat, bukti booking penginapan dan… tiket Coldplay. Singkat cerita: sebulan sebelum jadwal konser Coldplay di Sydney, saya sudah mengantongi Visa Australia : Multiple Entry untuk 3 tahun pula! Syukur Alhamdulillah 🙂
NB: Kami seharusnya pergi bertiga, tapi 1 orang teman gagal berangkat karena aplikasi Visa Australia-nya ditolak. Hiks! 😦
5 hari 4 Malam di Sydney: Ngapain dan Ke Mana Aja?
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kami berangkat dari Bandara Soekarno Hatta jam 7 malam, dan tiba di Sydney jam 6 pagi keesokan harinya dengan menggunakan Qantas Airways. Senangnya adalah: beberapa baris kursi berdekatan di sekitaran kami, diisi oleh orang-orang Indonesia yang akan menonton Coldplay juga, dan lucunya lagi ternyata kebanyakan dari mereka menginap di hostel yang sama dengan kami berdua! Dari sejam pertama sejak ketibaan kami di Bandara Kingsford Smith, kami semua sudah saling akrab, apalagi ditambah dengan banyaknya kebetulan-kebetulan lainnya yang membuat kami yakin bahwa dunia itu sesungguhnya sempit, karena ternyata setelah ngobrol ngalor-ngidul, ada beberapa orang yang ber-mutual-an dengan teman kami, bahkan ada juga yang merupakan teman SMP-nya kakak saya. 😀
Karena sewaktu kami ke Sydney itu di pertengahan bulan Desember, maka seharusnya lagi masuk summer season nih. Jadinya bawaan baju gak sampe ribet yang kudu bawa coat tebal segala. Tapi siang yang panas mentereng bisa juga berganti dingin berangin hingga turun hujan juga. Sungguh random. Namun kalau kamu terbiasa rutin cek aplikasi cuaca di HP, bisa antisipasi lebih awal sih untuk planning aktivitas harian berikut outfit yang akan digunakan, karena somehow tingkat akurasinya bisa diandalkan lho.. baca terus ya karena nanti bakal tau sendiri ceritanya gimana 😀
![](https://adhistwd.wordpress.com/wp-content/uploads/2019/12/view-from-bounce.jpg?w=840)
Bounce, nama hostel tempat kami menginap berlokasi di distrik bisnis Surry Hills, sangat strategis karena berseberangan persis dengan Central Station, stasiun kereta terbesar di Sydney, melayani hampir semua jalur pada jaringan Bus dan CityRail, dan merupakan pusat terminal untuk kereta antarkota dan antar-negara bagian. (tapi sayang sekali ternyata hostel ini sekarang sudah berpindah lokasi karena gedungnya sudah dihancurkan untuk keperluan penataan infrastruktur Central Station) Padahal secara lokasi, area hostel tersebut juga dikelilingi oleh banyak kedai kopi, bakery dan cafe yang populer di Sydney. Oiya, entah kenapa tapi kalau diperhatiin rata-rata cafe di Sydney itu tutup jam 5 atau jam 6 sore ( tapi ada juga hari tertentu yang buka sampai jam 9 malam). So kalau kamu tipe orang yang suka tiba-tiba laper di malam hari, sebaiknya sudah membekali amunisi makanan sedini mungkin ya. Andai saja ada ojol food di Sydney.
Makan Apa Aja?
Di pagi pertama di Sydney kami mencoba sarapan ala Sydneysiders di Bourke Street Bakery. Croissant sandwich-nya lembut dan gak gampang bala — bahasa sunda, yang artinya “tidak bersih/ kotor berantakan” — . Lalu di pagi berikutnya kami mencoba ngopi di Devon Cafe, kedai makanan dan kopi yang mencampurkan menu Australia dan Asian Fusion. Tempatnya gak gitu besar sih. Tapi masih nyaman kalau kita datang berempat. Kopinya enak! Dan eits ternyata kini Devon Cafe sudah ada cabangnya di Jakarta 😀
Seafood di Australia itu kesohor banget seger dan enaknya. Makanya gak salah dong kami bela-belain datang ke Sydney Fish Market buat makan hidangan seafood platter langsung dari tempat muasalnya. Meski dibilang 1 porsi Seafood Platter ini pas untuk 2 orang, nyatanya cukup buat sharing ber-4 dong. 😀 Oiya, biar lokasinya di pinggir laut dan beneran kecium aroma lautnya, tapi tempatnya bersih dan gak ada bau-bau amisnya. Dan di Fish Market ini pula saya membeli Monster Strawberry (begitu saya menyebutnya) karena ukurannya yang sangat besar. Rasanya manis. Enak. 🙂
Ngomong-ngomong soal makanan di Australia selain porsinya yang relatif lebih besar daripada porsi makanan yang kita temui di resto/cafe di Indonesia, secara nominal harganya juga relatif mahal. Untuk menghemat budget, sharing cost makanan dengan teman adalah solusi yang sangat beralasan dan paling tepat. Gak perlu sungkan apalagi gengsi. He he .. Seperti contohnya waktu kami mencicipi menu di Pancakes On The Rocks yang konon katanya sangat happening di Sydney ini. Kami semua ada tujuh orang, tapi pancake yang kami order hanya 3 piring, masing-masing orang diusahakan secara adil mencicipi dan menikmati ketiga menu tersebut. Dan tentunya mempunyai foto Pancake dengan angle yang dibuat berbeda-beda dong 😀 Btw, Devil’s Delight ini wajib banget di-order. SUPER ENAK!
Ke Mana Aja?
Karena waktu itu tujuan utamanya nonton konser Coldplay, jadi kami tidak terlalu berambisius untuk eksplore tempat yang jauh, hanya bikin plan untuk jalan-jalan di sekitar kota Sydney saja. Opera House? Sydney Harbour? Area kota tua The Rocks? Darling Harbour? Semuanya bisa dirapel dalam 1 hari 😀 Oiya, untuk kemudahan transportasi kami membeli Opal Card. Untuk tujuan-tujuan yang tidak bisa terjangkau oleh jalur bus/kereta, kami menggunakan Uber Taxi.
Untuk urusan beli oleh-oleh, udah paling bener memang ke Paddy’s Market sih, lengkap dan relatif terjangkau pula harganya. Dan jangan kaget kalau ada beberapa penjaga tokonya yang fasih berbahasa Indonesia 😀 Kalau mau cari oleh-oleh macem cokelat dan permen-permenan gitu, belinya di Supermarket Woolworths aja, karena suka ada promo yang bikin happy! 🙂 Beruntung banget waktu saya mampir ke mall Myer Sydney City, ada pop up store-nya Nutella yang lagi adain promo eksklusif, bisa customize label kemasannya dengan nama kita sendiri! tapi sekarang kalengnya udah dibuang sama nyokap.
Seperti yang saya sebut di awal, ada baiknya kita secara rutin cek aplikasi cuaca, karena akurasi prakiraanya relatif tergolong tinggi. Nah ini kejadian nih waktu grup kami terbagi jadi 2 kubu: Ada yang mau ke Bondi Beach di hari Jumat (karena besoknya sudah mau pulang ke Jakarta) , ada juga yang mau ke Bondi Beach-nya di hari Sabtu ( karena menurut aplikasi prakiraan cuaca, hari Sabtu bakalan cerah, sementara Jumatnya bakalan hujan ). Nah karena saya hari Sabtu siangnya udah ada jadwal terbang ke Jakarta, ketebak dong saya ikut kubu yang mana.. dan liat aja bedanya foto Bondi Beach di hari Jumat vs Sabtu inii.. :))
Yang saya suka dari Australia (khususnya Sydney) adalah taman kotanya yang sangat dirawat, diurus dan gak main-main hijaunya. Lapangan rumput yang hijau subur, pepohonan rindang, air mancur (yang bener-bener airnya ngucur), dan kursi panjang nyaman (yang beneran bisa dipake buat duduk) sudah menjadi elemen standar di setiap tamannya. Ketika saya mampir ke Sydney Hyde Park dan juga Royal Botanical Garden, saya kagum, di tengah-tengah kota yang modern, taman sebegitu luasnya tapi tidak pernah luput sedikit pun untuk selalu di-maintain, sehingga fungsi taman sebagai paru-paru kota bisa terus berjalan secara kontinyu. ( Turut prihatin dengan polusi kabut asap yang menyelimuti Sydney akibat karhutla akhir-akhir ini. Semoga bisa segera diatasi dan kualitas udaranya kembali baik seperti sedia kala. Aamin )
Konser Coldplay
Lagi-lagi sebuah benefit nginap di Bounce Hostel, untuk bisa ke venue Konser Coldplay di Allianz Stadium, kami cukup tinggal menyebrang jalan dan menunggu di halte, karena bus umum dengan rute ke arah venue konser, start pointnya memang berangkat dari situ. Dan digratiskan pula, karena sudah termasuk fasilitas yang disediakan oleh departemen transportasi New South Wales, cukup tinggal memperlihatkan tiket konser Coldplay pada om om kondekturnya. Baik banget ya departemen transportasi di sana! 😀
Setibanya di Allianz Stadium, kami pun mencari kerumunan orang yang berbaris, menandakan antrian masuk ke stadium sesuai dengan kelas tiketnya. Karena kami berdua membeli kelas Gold dan juga sudah ada seated numbernya, jadinya bisa agak santai masuk ke gerbangnya, bisa sambil cari cemilan dan minuman, serta cuci mata di booth merchandise juga. Beberapa teman lainnya yang membeli tiket di kelas Festival sih sudah berjibaku untuk dapat di barisan dekat panggung sedari siang. Dan secara mengejutkan, di kala orang sedang duduk-duduk santai dan mengamati suasana stadium, Chris Martin sang vokalis tiba-tiba muncul sebentar di panggung dan iseng aja gitu menyapa kami semua. Dan semua yang ada di situ langsung histeris dong 😀
Curahan air hujan sempet mengguyur Allianz Stadium malam itu. Walaupun sebenarnya di section kami ada panel penutup atap, tapi tetap aja kami kecipratan air. Untungnya hujannya gak berlangsung lama sih, hanya turun pas di bagian awal opening act-nya saja, sekira 30 menitan hujannya sudah mereda dan langit pun berangsur-angsur kembali cerah. Hingga akhirnya tibalah momen penantian itu. Tiba-tiba semua lampu di stadium dimatikan, dan seketika itu xyloband (gelang ber-LED) yang sejak awal di tangan kanan saya adem-adem aja langsung menyala dan memancarkan cahaya yang berganti-ganti warna: Merah – Kuning – Biru. Satu stadium jadi berlautan lampu xyloband. KEREN dan bikin merinding sejadi-jadinya!
Lagu demi lagu dimainkan oleh Chris Martin, Guy Berryman, Will Champion, Jonny Buckland, Phil Harvey. Berbagai gimmick yang mengiringi penampilan mereka; mulai obrolan interaktif dengan penonton, permainan sinar laser, visual animasi di big screen, kembang api, balon raksasa warna – warni, hujan kertas confetti dan nyala xyloband yang sudah disetting sedemikian rupa serasa membius dan menambah adukan emosi. Total ada 22 lagu yang mereka bawakan malam itu; mulai dari album pertama dan tentu saja album yang terakhir. Sebagai penggemar yang menikmati karya-karya dan mengikuti perjalanan Coldplay dari awal karir mereka, dapat menonton konsernya langsung tentu merupakan sebuah pengalaman spiritual yang sangat berharga dan tidak terlupakan.
Setiap momen keseruan di trip perjalanan ke Sydney di tahun 2016 itu sangat berkesan dan membekas di antara kami semua. Bahkan hingga kini kami masih selalu berinteraksi dan bersilaturahmi di WA Grup yang dinamakan #JalinanKasihSydney 😀 Buka puasa bareng, nongkrong bareng, nonton bareng, bahkan pernah juga traveling bareng (lagi) sampe berjilid-jilid. Ya gak heran sih, karena tiap ada info promo tiket, kami selalu “meracuni” satu sama lain supaya bisa liburan bareng lagi. Seru pokoknya! 😀
Trip Impulsif Ke Perth
Ya ngaku deh, saya salah satu yang pernah jadi korban racunnya nih. Waktu salah satu teman ngomporin buat terbang ke Australia lagi karena ada tiket murah ke Perth via Denpasar Oktober 2018 lalu, dengan impulsifnya saya pun ikut terbujuk untuk langsung memesannya, mumpung Visa-nya masih berlaku. He he.. Dan ternyata kebetulan banget di tanggal yang saya pilih itu pas lagi ada konsernya Taylor Swift, jadinya langsung deh rajin-rajin nabung buat beli tiket konser dan rajin baik-baikin bos supaya cuti-nya langsung di-approve 😀
Bedanya Perth dengan Sydney cukup signifikan ya kalau menurut saya. Sydney ritme penduduknya bisa dibilang cepat dan dinamis, kalau di Perth yang berada di Australia Barat ini ritme penduduknya tergolong santai dan selow, itu yang saya lihat lho ya. He he. Banyak bangunan tua, museum seni, lukisan graffiti artistik, jogging track dan tentu saja taman-taman kota yang hijau. Untuk yang mencari suasana kota yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk kehura-huraan, Perth adalah destinasi yang cocok. Berfoto di Blue Boathouse, sunsetan di Cottesloe Beach, mampir ke Fremantle Market dan jogging sambil melihat cityview dari puncak Kings Park and Botanic Garden adalah 4 aktivitas yang wajib kamu lakukan di Perth.
Kamu tipe traveler yang mana?
Yang namanya traveling itu ada seninya masing-masing lho. Karena saya tipe orang yang spontan, impulsif dan kadang suka ingin berlama-lama bila sedang ada di suatu tempat, saya lebih nyaman traveling mandiri alias gak pake travel & tour agency. Kalau kamu seringnya tidak punya banyak waktu buat persiapan ini itu dan juga buat arrange akomodasi untuk liburan, menggunakan jasa tour & travel agency adalah pilihan yang tepat. Nah bicara tentang tour & travel Agency nih, kamu udah tau belum sama Cheria Holiday ? Cheria Holiday adalah salah satu perusahaan travel berbasis di Jakarta yang saat ini mempunyai komitmen untuk menyajikan menu halal pada setiap program dan paket tour wisata yang dibuatnya, walau ke negeri non muslim sekalipun, termasuk Australia tentunya.
Australia adalah negara yang ramah untuk siapa pun yang menjadi tamunya. Mau jalan-jalan sendiri atau jalan-jalan dengan tour & travel? Dua-duanya sama-sama seru. Punya value experience-nya masing-masing. Jadi.. kapan kita ke Australia? 🙂
Foto & Video: Dokumen Pribadi
Infografik: Freepik.com (premium user)